Jumat, 12 Februari 2010

Service, please



Maskapai penerbangan asal Uni Emirat Arab, Emirats, sepakat untuk mensponsori klub Italia paling terkenal, AC Milan, selama empat musim senilai 50 juta euro. Jika dirupiahkan, angka tersebut senilai Rp640 miliar. Angka yang sangat besar tapi cukup lumrah mengingat klub ini adalah salah satu klub sepakbola besar di seantero jagat. Siapa yang tidak kenal AC Milan. Klub ini sudah puluhan kali menjuarai berbagai ajang sepakbola di dunia. Jadi, walaupun Milan terpaksa menjual salah satu pemain kesayangannya yaitu Kaka demi menutupi kesulitan finansialnya, tapi untuk urusan sponsorship Milan tidak akan mengalami kesulitan mencari sponsor baru karena statusnya yang mentereng tersebut. Dan Emirats adalah sponsor yang sepadan karena merupakan salah satu flight carrier company terbesar di dunia.
Sebenarnya apa inti dari transaksi tersebut diatas? Menurut saya adalah service transaction atau pertukaran transaksi. Service merupakan suatu transaksi antara demand dan supply. Milan adalah pembeli sekaligus penyedia service. Milan membutuhkan uang Emirats untuk mendanai klub dan sekaligus sebagai penyedia service melalui intangible asset terbesarnya yaitu nama besar. Belum lagi nama Emirats yang akan dipasangkan di kaus para pemain AC Milan. Bayangkan, betapa besar efek penjualan yang akan diraup Emirats saat jutaan pasang mata menyaksikan para punggawa Milan saat beraksi di lapangan hijau.
Demikian pula Emirats. Emirats sebagai penjual dana juga sebagai pembeli dari nama besar AC Milan. Hal tersebut telah dirasakan Emirats ketika memutuskan mensponsori klub besar asal Inggris, Arsenal. Secara langsung angka keuntungan perusahaan penerbangan tersebut ikut terdongkrak seiring prestasi Arsenal yang cukup kinclong di ranah sepakbola Inggris Raya.
Service adalah sebuah proses transaksional antara pembeli dan penjual layanan. Kedua pihak ini saling membutuhkan. Jika pembeli ada tetapi penjualnya tidak tersedia, proses ini tidak akan terjadi. Demikian juga sebaliknya. Jadi saya pribadi tidak sependapat jika dikatakan pembeli adalah raja. Kesan yang terjadi adalah pembeli selalu benar. Padahal kenyataannya pembeli juga bisa salah. Untuk menciptakan kepuasan pembeli bersahabatlah dengan mereka dan layanilah mereka dengan hati.

0 komentar: