Sabtu, 06 Maret 2010

My Days In Jayapura: A Journal (4)


SUATU MALAM DI EXCELSO CAFÉ JAYAPURA

Minggu lalu seorang teman lama sewaktu kami masih di Makassar datang mengunjungi kami. Bukan mengunjungi tepatnya tapi kebetulan saat itu ia menemani adik dan seorang teman adiknya yang akan mengikuti tes penerimaan karyawan baru sebuah bank BUMN di kota ini.


Long time no see, lebih kurang dua tahun. But, when we see her, she is not changed a lot. Teman kami itu seorang wanita yang telah bersuami. Sudah lima tahun mereka menikah namun belum dikaruniai seorang anak. Kadang betapa teganya aku ketika istriku bertanya-tanya kok kita belum punya anak padahal udah setaon stengah kita menikah, aku bilang saja,”be patient, honey. Just consider about friend, Hawa, in Manokwari. Our marriage is still under 2 yrs, right”. Dan, akhirnya istriku diam tak mengungkitnya lagi, for a while.
Yes, namanya Hawa. Dia adalah mantan rekan sekerja istriku. Istriku sering cerita tentang Hawa ini. Banyak kejadian lucu yang mereka telah alami selama mereka berdua sejawat. Misalnya, pernah seorang debitur member mereka seekor ayam sebagai tanda terima kasih karena permohonan kreditnya telah disetujui. Karena kebetulan waktu itu mereka kembali ke kantor dengan naik pete-pete (Makassar, angkot red), membawa seekor ayam menjadi kepanikan tersendiri. Para penumpang yang lain jadi terganggu dengan ulah si ayam borokokok sehingga istriku dan Hawa jadi malu selama perjalanan itu.


Pas malam minggu kami sebagai tuan rumah mengajak Hawa, adik, dan temannya jalan-jalan mengitari kota Jayapura. Awalnya kita bermaksud singgah ke Happy Puppy, sebuah rumah nyanyi di kota ini. Tetapi karena malam itu malam minggu semua bilik di tempat itu fully booked sampai sekira jam 11-an malam. Waduh, selesainya sampai subuh ntar. Ya ora iso. Apalagi adik Hawa dan temannya besok pagi-pagi sekali ada tes lagi.
“so gimana e?” tanya istriku dengan aksen Jayapura yang dibuat-buat.
“tra usah nyanyi-nyanyi kalo gitu. Kita ngopi aja yuk. Kita ke excelso.” Ajakku.
Tanpa ba bi bu yang lain setuju dengan ajakku. Akhirnya mobil taksi (Papua, angkot red) yang kami tumpangi membawa kami ke café Excelso. Letaknya di Jalan Percetakan Jayapura. Waktu telah menunjukkan pukul 09 malam begitu kami sampai ke tempat itu.
Malam minggu di kota memang tidak seperti malam minggu di tempat lain. Jangankan Jakarta, di Makassar aja kami sewaktu pacaran dulu sering menghabiskan waktu muter-muter kota sampe pagi di malam minggu. Disini jam segini malam minggu sudah nyaris sepi. Toko-toko di sepanjang jalan percetakan ini sebagian besar sudah tutup. Kalaupun masih ada keramaian, paling itu didaerah pantai depan kantor gubernur atau di daerah ruko pasifik dimana anak muda Jayapura banyak yang nongkrong.
Kami mulai ngobrol sambil menikmati minuman dan makanan yang kami pesan. Kebanyakan istriku dan Hawa saling bercerita tentang masa-masa mereka masih rekan sekerja. Ah, mengenang masa-masa yang telah lewat memang mengasyikkan. Apalagi pada saat itu nyaris setiap hari ada saja kelucuan-kelucuan yang terjadi. Terbukti dari cerita-cerita maupun cekakak-cekikik yang sering terdengar selama obrolan tersebut.



Sambil ngobrol kami memesan minuman dan cemilan-cemilan. Aku seperti biasa sebagai seorang coffee addicted memesan hot expresso coffee, sementara yang lain chocolate ice. Yummy, menyeruput secangkir kopi robusta di malam seperti sekarang sungguh suatu kenikmatan tersendiri. Sudah lama hal seperti ini tidak kulakukan sejak dokter melarangku minum kopi karena penyakit lever yang kuderita.
Tapi, dasar coffee freak. Nothing or no one is ever gonna stop me to enjoy that black sweet thing!! Saya sempat berhenti karna istriku memintaku. And as a real proof of my love to her, I couldn’t say a no. Dan malam ini benteng pertahananku akhirnya luluh lantak. Aku kembali menyeruput secangkir kopi ekspresso yang sungguh sungguh nikmat. Damn, I really enjoy it!!
Maybe it’s intuition
Somethings you just don’t question
Like in your eyes, I see my future in an instant
And there it goes, I think I’ve found my best friend
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe...
I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life
There's just no rhyme or reason
Only a sense of completion
And in your eyes, I see the missing pieces
I’m searching for, I think I’ve found my way home
I know that it might sound
More than a little crazy
But I believe
A thousand angels dance around you
I am complete now that I have found you

Sayup-sayup terdengar lagu I knew I loved you-nya Savage Garden mengalun memenuhi ruangan café mala mini. Gosh, ini salah satu lagu favoritku semasa kuliah dulu. Jadi keinget masa-masa itu. So, malam ini sekira jam 10 malam minggu di tahun 2010, kita semua kembali mengenang masa lalu kita. Very unforgettable old times.

Jayapura, February 20, 2010

0 komentar: