Minggu, 28 Desember 2008

Bernie dan Ponzi


Bagi pembaca yang mengira kedua nama diatas adalah nama-nama tokoh dalam serial Sesame Street, anda keliru. Bernie dan Ponzi sama sekali bukan tokoh dalam serial boneka tersebut. Tetapi, mungkin ada satu kesamaan antar mereka. Kalau serial Sesame Street bertujuan edukatif, sementara Bernie dan Ponzi mungkin berhasil membukakan mata para mantan investornya terhadap satu hukum investasi yang sahih bahwa high return high risk. Bahwa untuk memperoleh return yang besar, para investor harus siap menghadapi risiko investasi yang besar pula. Tapi Bernie selama puluhan tahun membuat para investor superkaya ini lupa diri sehingga terus mengucurkan duit ke Bernard L. Madoff Investment Securities, perusahaan investasi milik Bernie. Bernie berhasil membuai mereka dengan skema Ponzinya.
Skema Ponzi
Diambil dari Carlo Ponzi seorang imigran asal Italia yang setelah hijrah ke New York berganti nama menjadi Charles Ponzi. Istilah skema Ponzi secara luas dipakai untuk menggambarkan semua tindakan penipuan terhadap suatu "piramida" investor yang menanamkan uangnya karena iming-iming tingkat pengembalian investasi (return of investment) setinggi langit dalam jangka waktu yang relatif singkat. Ponzi pada saat itu menjanjikan para kliennya 50% profit dalam jangka waktu hanya 45 hari atau 100% dalam tempo 3 bulan. Ternyata Ponzi menggunakan uang para investor baru untuk membayar para investor awal. Lambat laun skema ini akan mengalami keruntuhan karena semakin banyaknya investor yang menanamkan uang semakin besar pula kewajiban yang harus dibayar oleh Ponzi. Pada saat dia ditangkap pada 12 Agustus 1920 total kewajiban Ponzi diperkirakan sebesar $ 7 juta.
Hampir 90 tahun kemudian, Bernard Lawrence Madoff alias Bernie menggemparkan dunia dengan penipuan investasi (investment fraud) terbesar sepanjang sejarah. Selama lebih 40 tahun terhitung sejak perusahaan investasinya Bernard L. Madoff Investment Securities didirikan, Bernie mulai menghimpun dana masyarakat. Seperti yang dilaporkan oleh Barron's magazine pada tahun 2001, modus operandi Bernie adalah: 1. membeli saham pada harga X misalnya $ 100, 2. menjual call option pada harga strike Y misalnya $ 120 yang diatas harga X, dan 3. membeli put option pada harga strike Z misalnya $ 80 yang berada di bawah harga X. Jika harga saham misalnya $ 125 yang berada di atas harga Y pada saat jatuh tempo, Bernie akan mengeksekusi call optionnya dan para investor menerima $ 120 sedangkan Bernie menerima $ 5 atas penjualan saham itu Jika harga saham $ 70 yang berada di bawah harga Z pada saat jatuh tempo Bernie bisa mengekseksi hak optionnya dan para investor tetap memperoleh kas $ 80. Artinya maksimum pendapatan yang bisa diperoleh para investor adalah $ 40 ($120 - $ 80) sedangkan maksimal kerugian yang bisa dialami adalah $ 20 ($ 100 - $ 80). Beberapa analis telah mencoba melakukan due diligence terhadap strategi investasi Bernie tersebut dan mendapatkan hasil bahwa return of investment yang diperoleh tidak mungkin sebesar yang telah dijanjikan oleh Bernie. Malah tidak terdapat bukti bahwa Bernie telah menjalankan strateginya untuk memperoleh return yang dijanjikan. Barron's Magazine curiga selama puluhan tahun Bernie memutar uang nasabah untuk membayar investasi yang jatuh tempo. Inilah skema Ponzi.
Daftar Investor Bernie
Meskipun begitu, Bernard L. Madoff Investment Securities tetap saja kebanjiran investor-investor baru. Mereka adalah beberapa bank besar dan yayasan-yayasan sosial milik keturunan Yahudi di Amerika Serikat. Ada beberapa alasan mengapa mereka tertarik berinvestasi dengan Bernie. Pertama, Bernie dikenal sebagai seorang businessman berpengalaman dan merupakan mantan direktur pasar saham Nasdaq, bursa untuk perusahaan teknologi di Amerika Serikat. Perusahaannya yaitu Bernard L. Madoff Investment Securities pernah menjadi salah satu market maker terkemuka di Wall Street. Kedua hal inilah yaitu reputasi Bernie dan perusahaannya yang menjadi daya pikat untuk menjaring para investor baru. Mereka tidak melakukan due diligence yang memadai terhadap strategi investasi Bernie karena terbuai dengan reputasi Bernie dan perusahaannya. Kedua, Securities and Exchange Commision (SEC), Bapepamnya negeri Uwak Sam tersebut terbukti gagal mengendus praktek investasi illegal yang dilakukan Bernard L. Madoff Investment Securities tersebut. Hal ini yang menjadi penyebab mengapa para investor tetap merasa anteng berinvestasi di BLM meskipun Barron's magazine dan sejumlah analis pasar saham telah memberikan sinyal merah atas praktek Bernie. Mereka beranggapan bahwa selama ini SEC tidak bergeming sehingga investasi mereka pasti aman dan legal. Analis keuangan Harry Markopolos misalnya pernah melayangkan surat komplen kepada perwakilan SEC di Boston pada bulan Mei 1999 yang meminta SEC agar segera melakukan investigasi terhadap Bernie. Menurutnya, secara legal tidak mungkin menghasilkan profit sebesar yang diklaim Bernie dengan menggunakan strategi investasinya. Surat Markopolos tersebut tidak digubris oleh SEC sehingga investor-investor baru terus menanamkan dananya ke BLM. Menurut Wall Street Journal, potensi kerugian yang dialami oleh para investor besar antara lain: Fairfield Greenwich Advisors $ 7,5 miliar, Tremont Capital Management $ 3,3 miliar, Banco Santander $ 2,87 miliar, Bank Medici $ 2,10 miliar, Fortis $ 1,35 miliar, HSBC $ 1 miliar dan lain-lain. Total kerugian yang dialami oleh para investor BLM adalah sebesar $ 50 miliar. Jumlah sebesar itu menjadikan penipuan Bernie sebagai penipuan investasi terbesar sepanjang sejarah.
Agar Terhindar Dari Penipuan Investasi
Di Indonesia, skema Ponzi banyak dipakai oleh para penipu untuk meraup keuntungan. Secara luas orang mengenalnya sebagai arisan berantai. Investasi dengan menggunakan skema Ponzi ini bukanlah nilai tambah karena secara ekonomis tidak terdapat pertambahan jumlah uang (zero sum game). Investasi model seperti ini mungkin dalam jangka pendek hanya akan menguntungkan para investor yang ikut di awal. Tetapi, apabila investor ini terus menggelontorkan dananya ke dalam investasi berskema Ponzi, lambat laun dana mereka akan tergerus pula. Sudah banyak contoh kasus penipuan investasi ala skema Ponzi ini. Penipuan tetap saja terjadi selain karena iming-iming keuntungan yang besar dengan biaya sekecil-kecilnya, juga karena ketidaktahuan atau ketidakmautahuan para investornya. Terdapat tiga karakter Skema Ponzi yaitu: Pertama, saat tergantung kepada para investor baru untuk membayar returns, komisi, dan bonus para investor lama. Kedua, melakukan promosi yang gencar untuk merekrut investor baru karena mereka sangat membutuhkan dana yang sangat besar dari para investor baru ini. Ketiga, tidak adanya produk atau usaha yang profitable untuk menghasilkan laba melalui strategi yang produktif. Yang sering terjadi untuk memikat calon investor mereka menawarkan strategi investasi yang kinclong.
Menurut Rob Francais, Chief Operating Officer (COO) Aspiriant sebuah wealth management firm di Los Angeles, ada beberapa cara agar terhindar dari penipuan investasi ala Ponzi. Pertama, carilah perusahaan investasi yang memisahkan kemana aset diinvestasikan dengan dimana aset tersebut disimpan. Kedua, tetaplah pertahankan sikap skeptis yang sehat. Jika sebuah tawaran investasi terlalu "sempurna" untuk menjadi kenyataan, mungkin begitulah kenyataannya. Ketiga, taruhlah uang anda di investasi yang anda pahami. Jika anda tidak mengerti bagaimana returns suatu investasi dihasilkan atau manajer investasi tidak transparan dengan strategi investasinya, waspadalah.



0 komentar: